Home / Human Interest / Meriah dan Penuh Makna: Perayaan Idul Adha Kemenag Garut Angkat Nilai Toleransi dan Edukasi

Meriah dan Penuh Makna: Perayaan Idul Adha Kemenag Garut Angkat Nilai Toleransi dan Edukasi

Nani Widia Ningsih membacakan berita live di Sorot Garut

GARUT – Semangat berbagi dan toleransi mewarnai perayaan Idul Adha di Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Garut, Senin (9/6/2025). Tak hanya menyembelih hewan kurban, kegiatan juga diramaikan dengan lomba edukatif yang menyatukan seluruh pegawai lintas agama dan generasi.

Isu seputar inklusi sosial dan moderasi beragama juga menjadi perhatian redaksi Sorot Garut, yang secara konsisten menyoroti dinamika keberagaman dari perspektif lokal.

Kurban Jadi Sarana Mendidik dan Menginspirasi

Sebanyak 5 ekor sapi dan 8 kambing dikurbankan dalam kegiatan ini. Dagingnya langsung dibagikan kepada warga kurang mampu di sekitar lingkungan kantor. Kepala Kemenag Garut, H. Asep Saepudin, menyebut kurban bukan hanya ritual, tapi juga sarana membangun solidaritas sosial.

“Idul Adha tahun ini menguatkan pesan bahwa agama harus membawa manfaat nyata. Kita ingin Kemenag jadi teladan moderasi, bukan simbol sektarianisme,” tegasnya.

Lomba Sate, Dongeng, dan Seni: Inklusi Lewat Budaya

Pegawai Kemenag Garut mengikuti lomba bakar sate saat perayaan Idul Adha
Suasana lomba kebersamaan antarpegawai Kemenag Garut

Yang membuat suasana berbeda tahun ini adalah hadirnya beragam lomba kebersamaan, mulai dari bakar sate antarbagian, lomba dongeng Islami untuk anak-anak, hingga kompetisi musik religi. Semua dilaksanakan terbuka dan inklusif.

Salah satu peserta, Yulia (34), pegawai non-muslim dari seksi layanan umum, mengaku senang bisa turut serta.

“Saya ikut lomba kreasi sate. Ternyata seru dan hangat. Kami saling belajar budaya satu sama lain tanpa sekat,” katanya.

Penanaman Nilai Toleransi Sejak Dini

Kegiatan juga melibatkan anak-anak ASN dan pegawai honorer, dengan program edukasi ringan seperti menggambar hewan kurban dan kuis pengetahuan agama. Hal ini dinilai penting oleh panitia sebagai langkah awal membentuk karakter toleran sejak usia dini.

“Anak-anak belajar bahwa berbagi itu indah, dan perbedaan bukan alasan untuk menjauh,” ujar Nurul Fitri, guru TPA binaan Kemenag.

Refleksi: Dari Ritual ke Aksi Sosial Berkelanjutan

Perayaan Idul Adha tahun ini menunjukkan bagaimana lembaga pemerintah bisa menjadi pionir dalam menyatukan keberagaman secara konkret. Tak sekadar seremoni, Kemenag Garut menjadikan momentum ini sebagai jalan menuju harmoni sosial.

Di tengah derasnya polarisasi dan isu intoleransi, kisah semacam ini menjadi oase—sebuah penegasan bahwa edukasi, budaya, dan iman bisa berjalan berdampingan.

Tag: