Home / Viral / Selain Ibadah Kurban, Ini Tradisi KDM Sehari Menjelang Perayaan

Selain Ibadah Kurban, Ini Tradisi KDM Sehari Menjelang Perayaan

Tradisi Nyangku dan gotong royong warga KDM menjelang Iduladha

Bandung — Sehari menjelang Hari Raya Iduladha, warga Kampung Dalam Mesjid (KDM), Kecamatan Cicendo, Kota Bandung, justru sibuk dengan tradisi khas yang terus hidup dari generasi ke generasi. Tak hanya mempersiapkan hewan kurban, mereka juga melestarikan ritual sosial dan budaya yang menguatkan ikatan antarwarga.

Di tengah semarak perayaan keagamaan, ritus lokal seperti ‘Nyangku’ hingga gotong royong pembersihan kampung menjadi bagian tak terpisahkan dari momen sakral ini. Tradisi ini diyakini tak hanya mempersiapkan lingkungan secara fisik, tetapi juga menjadi bentuk pensucian batin menjelang pelaksanaan kurban.

Isu seputar pelestarian nilai-nilai kearifan lokal juga menjadi perhatian redaksi kami di Sorot Edukasi, yang konsisten menyajikan perspektif edukatif dari berbagai pelosok Indonesia.

Kampung Dalam Mesjid dan Tradisi ‘Nyangku Bersama’

Salah satu tradisi unik yang masih dijalankan hingga kini adalah ‘Nyangku’, yaitu membersihkan alat-alat dapur, peralatan rumah tangga, dan bahkan benda pusaka secara massal. Aktivitas ini dilakukan dengan penuh kekhidmatan, biasanya di mushola atau halaman rumah warga.

Menurut Ustaz Deni, tokoh masyarakat setempat, tradisi ini bukan hanya soal kebersihan fisik, tapi juga simbol pensucian niat. “Kami percaya, kurban bukan hanya tentang menyembelih hewan, tapi juga menyembelih ego dan menyucikan hati,” ujarnya saat ditemui tim Sorot Edukasi, Rabu (4/6/2025).

Selain Nyangku, warga KDM juga kompak menghias jalan utama kampung dengan janur kuning dan lampu-lampu sederhana. Anak-anak dilibatkan dalam lomba menghias gang, menciptakan suasana meriah sekaligus edukatif.

Gotong Royong: Dari Persiapan Daging hingga Pembagian

Keesokan harinya, warga akan bersama-sama menyembelih hewan kurban. Namun, sehari sebelumnya, mereka sudah melakukan simulasi pembagian tugas: siapa yang bertugas sebagai juru sembelih, siapa yang mengatur antrean, dan siapa yang mempersiapkan kantong distribusi.

Kepala RW 05, Bapak Sahroni, mengatakan, “KDM ini punya sistem kolektif yang sudah berjalan puluhan tahun. Bahkan anak-anak muda kami mulai terlibat aktif dalam pembagian daging, supaya mereka tahu makna sosial dari ibadah ini.”

Penanaman Nilai Edukasi Sejak Dini

Uniknya, setiap malam menjelang Iduladha, para remaja masjid di KDM mengadakan ngobrol bareng tokoh kampung yang disebut “Ngabubureung.” Di sana dibahas sejarah kurban, kisah Nabi Ibrahim, hingga praktik pembagian hewan secara adil. Anak-anak diajak belajar langsung, bukan hanya lewat ceramah, tetapi dengan praktik sosial.

Kegiatan ini bukan sekadar seremonial. Banyak nilai edukatif yang diajarkan secara turun-temurun. Ini yang membuat KDM dikenal sebagai salah satu wilayah dengan tradisi religius yang kuat dan berakar pada solidaritas sosial.

Penutup: Tradisi Adalah Identitas

Di tengah modernisasi dan derasnya arus informasi, KDM tetap menjaga jati diri melalui tradisi khas menjelang kurban. Masyarakatnya sadar bahwa perayaan bukan hanya soal ritual, tapi juga momentum untuk memperkuat empati, solidaritas, dan warisan budaya.

Jika semangat ini terus dijaga, tradisi seperti di KDM bisa menjadi model edukasi sosial berbasis kearifan lokal yang patut dicontoh.

Tag: